Subscribe:

Senin, 15 Juli 2013

Pencobaan



Bacaan Alkitab Setahun : Yakobus 1:12–15, Roma 8:28, Keluaran 20:6, Ayub 1:12, 2:6, Ibrani 2:18, 1 Korintus 10:13

Tiap-tiap manusia pasti mengalami pencobaan, kapan saja dan di mana saja. Masalah setiap manusia berbeda-beda, apalagi bagaimana mereka meresponnya. Secara umum, manusia punya tiga pilihan respon atas pencobaan yang mereka alami, antara lain, mengeluh, pasrah pada keadaan, atau tetap teguh pada iman. Respon inilah yang akan menentukan Anda orang yang beriman ataukah tidak. Orang yang beriman di sini adalah orang yang menghadapi cobaan dengan keteguhan iman pada Yesus Kristus.
Banyak orang-orang Kristen dewasa ini yang salah mengartikan asal dari suatu pencobaan. Kebanyakan dari mereka pasti mengatakan, “Pencobaan ini datangnya dari ALLAH!” Apakah memang pencobaan asalnya dari ALLAH? Tentu tidak, karena ALLAH sendiri tidak bisa dicobai oleh segala yang jahat, dan Dia sendiri pun tidak pernah mencobai Anda. Jika Anda membaca secara seksama Yakobus 1:12–15, ternyata Anda sendiri yang telah membuat pencobaan untuk Anda sendiri, jika Anda melakukan satu dari tiga hal berikut : 

  1. Dalam menghadapi pencobaan, Anda mengeluh, yang menyebabkan Anda menyalahkan orang lain, bahkan menyalahkan TUHAN. 
  2. Keinginan sendiri yang menyeret dan memikat Anda olehnya, sehingga jika dibuahi melahirkan dosa yang bila sudah matang akan melahirkan maut.
  3. Dalam situasi dilematis, Anda mengambil keputusan yang keliru.

Saya akan mengajak Anda untuk mengorek rahasia kekuatan orang-orang yang tahan pencobaan. Dalam Keluaran 20:6, Anda akan menemukan rahasia kekuatan orang-orang yang tahan pencobaan, yaitu mengasihi ALLAH, dalam hal ini hidup kudus (benar) dan berpegang pada perintah-perintahNya. Dari sinilah ALLAH ikut bekerja dalam segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan bagi kita, yang mengasihi Dia, yaitu kita yang terpanggil sesuai dengan rencanaNya (Roma 8:28).
Kita sebagai anak-anak TUHAN tidak perlu berputus asa jika mengalami pencobaan, karena pencobaan-pencobaan yang kita alami adalah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak mungkin melebihi batas kemampuan kita. Jika Anda menyimak kisah kehidupan Ayub ketika Iblis hendak mencobai dia, Iblis tidak bisa seenaknya mencobai Ayub. Iblis harus menghadap ALLAH dahulu, karena ada batas yang harus dipenuhi Iblis jika hendak mencobai anakNya.
Akhir kata, saya berharap, semoga renungan ini dapat menguatkan Anda dalam menghadapi pencobaan yang sedang Anda alami, sehingga Anda berkenan mendapatkan mahkota kehidupan dari ALLAH.
PESAN : Hidup di dunia penuh dengan pencobaan yang siap mendera kita. Jika kita tetap berpegang teguh pada iman kita pada Yesus Kristus, pastilah kita akan kuat dalam menghadapinya. ALLAH pun pasti akan memberikan solusi bagi pencobaan yang kita alami saat ini.
DOA : Ya TUHAN, aku mohon kekuatanMu supaya aku tabah dalam menghadapi pencobaan yang aku alami, karena aku tahu, pencobaan tidak berasal dari Engkau. Dalam nama Yesus, Amin.

Senin, 10 Juni 2013

Duri dalam Daging

Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena pernyataan-pernyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. 2 Korintus 12:7
Bacaan Alkitab Setahun : 2 Korintus 12:7–10
Pernahkah Anda mengalami pengalaman tertusuk duri dalam daging? Ataukah pernah Anda memakan ikan yang banyak durinya lalu duri tersebut menancap di tenggorokan Anda? Mungkin Anda semua pernah mengalami hal seperti ini. Saya pun juga pernah mengalaminya, dan yang pasti, ketika mengalami hal itu, semua pasti merasakan sakit, pedih, dan juga rasa terluka. Namun pada renungan kali ini kita tidak akan membahas hal tersebut, tetapi kita akan membahas duri dalam daging, seperti yang telah kita baca dalam 2 Korintus 12:7–10.
Jika kita membaca ayat tersebut, ternyata Rasul Paulus juga merasakan duri dalam daging tersebut, yang sudah dialaminya dalam penganiayaan, siksaan, dan penderitaan oleh karena tugasnya mewartakan Kristus. Dalam kehidupan sehari-hari pun kita sering mengalami duri dalam daging tersebut, dalam bentuk cobaan-cobaan yang kita alami, misalnya kita diputuskan hubungan oleh pacar kita, diperbudak oleh hal-hal yang tidak baik seperti pornografi dan narkoba, kesedihan karena ditinggalkan orang tua atau orang yang sangat kita cintai, dan lain sebagainya.
Mengapa ada duri dalam daging? Ternyata, setelah kita membaca ayat 7 sampai 9, ternyata duri dalam daging itu terjadi karena banyak orang yang sombong karena merasa dirinya hidup kudus, selalu mendapat pertolongan dari Tuhan, yang pada akhirnya dia akan direndahkan melalui duri dalam daging tersebut. Sekalipun begitu, duri dalam daging juga mempunyai dampak positif dalam kehidupan rohani kita. Terlihat pada ayat 9, duri dalam daging membuat kuasa Tuhan menjadi sempurna. Maksudnya, kuasa Tuhan yang sempurna itu terjadi ketika kita datang kepadaNya dan meminta tolong kepadaNya, maka kuasa itu akan dinyatakan olehNya.
Kita sudah mengetahui apa itu duri dalam daging dan mengapa itu terjadi, sekarang bagaimana kita dapat menang dari duri dalam daging itu? Caranya, semakin mendekatkan diri kepada Tuhan dan percaya kepadaNya bahwa Tuhan memberikan kekuatan bagi kita sehingga kuasaNya dapat dinyatakan secara sempurna kepada kita.
PESAN : Tetaplah dekat dengan TUHAN dan percayalah bahwa kuasaNya akan sempurna ketika kita mendapatkan duri dalam daging.
DOA : Ya TUHAN, aku tahu bahwa kadang Engkau mengijinkan adanya duri dalam daging dalam kehidupanku, yaitu cobaan-cobaan yang menghadangku, sehingga aku dapat semakin dekat kepadaMu dan kuasaMu Kau nyatakan secara sempurna dalam kehidupanku. Tegarkanlah diriku dalam menghadapi duri dalam dagingku ini. Dalam nama Yesus, Amin.

Kamis, 06 Juni 2013

Rencana Bertepuk Sebelah Tangan

Bacaan Alkitab Setahun : 1 Tawarikh 21:1–14
Dalam hidup, manusia selalu memiliki rencana, baik dalam urusan keluarga, sahabat, pacar, atau mungkin untuk diri sendiri, dalam menghadapi masa depan. Adakalanya manusia menyusun kerangka-kerangka rencana secara matang, meminta bantuan kepada orang tua atau teman karib, bahkan berdoa supaya segala rencananya dapat terlaksana dengan baik.
Tetapi, adakalanya juga rencana yang sudah disusun secara matang dan siap untuk dilaksanakan, TUHAN sendiri yang memutarbalikkannya. Masalah utama yang akan saya renungkan pada renungan hari ini adalah menjurus pada hal-hal tersebut. Andaikan Anda sedang dalam posisi tersebut, perasaan Anda mungkin jengkel, marah, menyalahkan diri sendiri, orang lain, dan bahkan juga menyalahkan TUHAN. Kira-kira apa sih yang membuat TUHAN harus memutarbalikkan rencana kita itu?
Hari ini kita akan membaca kisah seorang Raja Daud yang juga mengalami masalah yang sama (1 Tawarikh 21:1–14). Saat itu, Raja Daud ingin menghitung jumlah rakyat Israel. Yoab, orang kepercayaan Daud, disuruhnya berkelana ke pelosok negeri untuk menghitung semuanya. Sebenarnya, Yoab merasa suruhan Daud sudah menyimpang dari ajaran TUHAN, namun Daud memaksanya hingga akhirnya Yoab harus melaksanakan perintah berdosa Daud itu. TUHAN yang melihatnya marah, sehingga mengharuskan Daud memilih satu dari tiga perkara yang dijatuhkan TUHAN kepada Israel. Daud memilih, dan terjadilah penyakit sampar pada orang Israel sehingga banyak yang tewas akibat wabah penyakit itu.
Cerita itulah yang akhirnya menginspirasi saya dalam menuliskan renungan berikut. Memang, adakalanya rencana yang kita buat justru membuat kita jauh dariNya setelah kita melaksanakannya. Misalnya, salah satu teman saya yang pernah membuka usaha, pernah dia nyaris bangkrut karena terlalu bernafsu meraup uang sebanyak mungkin. Itulah yang membuat saya sadar, bahwa TUHAN kadang memutarbalikkan rencana-rencana kita supaya kita sadar akan kesalahan kita dan kembali kepadaNya. TUHAN bukannya tidak mau membantu kita dalam segala rencana kita, tetapi Dia hanya ingin kita tetap berpegang pada kehendakNya. Membuat rencana boleh-boleh saja, asalkan kita jangan sampai melupakan TUHAN yang sudah melancarkan segala rencana-rencana kita.
PESAN : TUHAN kadang memutarbalikkan segala rencana kita supaya kita sadar akan kesalahan kita dan kembali kepadaNya.
DOA : Ya TUHAN, aku tahu, kadang Engkau memutarbalikkan segala rencanaku yang sudah kupersiapkan dengan matang, karena Engkau mau menyadarkanku supaya aku tidak menjauh dariMu. Ampunilah aku bila kiranya aku berdosa kepadaMu melalui perbuatanku. Dalam nama Yesus, Amin.

Landasan Hidup Anak-Anak Tuhan

Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu ... supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi. Efesus 6:1–3
Bacaan Alkitab Setahun : 2 Timotius 3:2, Amsal 13:24, 22:6, Ibrani 5:8
Masih ingat dengan cerita rakyat Malin Kundang dan legenda Pulau Sikintan? Mungkin beberapa dari Anda yang masih ingat, tentu ak-an langsung berpikir mengenai kedurhakaan seorang anak kepada orangtuanya. Apa yang Anda pikirkan memang benar adanya, tetapi dalam renungan kita hari ini, kita akan membahas bagaimana peran kita sebagai anak-anak di dalam Tuhan dalam hubungan kita dengan orang tua.
TUHAN telah menetapkan peran-peran anggota keluarga, baik ayah, ibu, maupun anak. Dalam Efesus 6:1–3 sudah dijelaskan secara gamblang bahwa sudah seharusnya kita sebagai anak-anak menaati orang tua, karena dalam surat Rasul Paulus tertulis haruslah demikian, merujuk pada sesuatu yang wajar dan harus dilakukan, karena jika tidak dilakukan, akan menimbulkan suatu hal yang tidak lazim dalam pandangan manusia saat itu. Semua orang di dunia ini disebut anak-anak, karena semuanya punya orang tua.
Kalau kita menerawang kondisi kehidupan sekarang, anak-anak cenderung memberontak terhadap orangtuanya. Saya pun juga mengalami hal demikian. Dari pengalaman hidup saya, kadang saya menganggap perintah atau nasihat orang tua seakan membebani, mengekang, atau menghalangi ego saya sendiri. Namun, ketika saya terinspirasi untuk menulis renungan ini, saya pun berpikir, mungkin suatu hari nanti saya akan memutarbalikkan sifat pemberontak saya menjadi sifat penurut dan saat ini pun saya sedang berusaha melakukannya.
Saya sempat menemukan satu ayat berbunyi “... mereka akan memberontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama...” (baca 2 Timotius 3:2). Saya pun kaget dalam hati, ternyata kecenderungan seperti yang saya katakan ketika kita menerawang kondisi kehidupan sekarang telah diramalkan sejak dahulu mengenai keadaan manusia pada akhir zaman. Sebagai anak-anak TUHAN, tentunya Anda tidak mau kan seperti mereka?
Sebenarnya, dalam diri kita memang tumbuh benih-benik pemberontak, di mana apa yang dikatakan seseorang menurut Anda menghalangi Anda untuk Anda berkembang, atau menjadi seperti yang ego Anda katakan. Apakah Anda masih ingat, kalau orang tua Anda sebenarnya adalah wakil TUHAN sendiri? Banyak sekali anak-anak TUHAN yang lupa akan hal ini. TUHAN telah memberikan tanggung jawab penuh kepada orang tua Anda untuk mendidik Anda sejak muda sehingga Anda tidak menyimpang dari ajaranNya. Kalau Anda sendiri tidak mau menghormati orang tua, bagaimana Anda dapat menghormati TUHAN?
Dalam Alkitab pun diajarkan, bahwa ternyata Yesus pun juga belajar untuk taat kepada ALLAH Bapa yang mengutusnya ke dunia. Dalam Ibrani 5:8 pun sudah dijelaskan secara gamblang bahwa Yesus belajar menjadi taat dari segala penderitaanNya, ketika Dia harus menanggung dosa manusia dengan disalib di Gunung Golgota.
Dari keseluruhan renungan kita hari ini, dapat kita tarik kesimpulan bahwa untuk menjadi taat, tidak dapat dengan sendirinya datang, kuncinya adalah belajarlah untuk mengekang diri Anda sendiri. Biasakanlah untuk mulai menunjukkan rasa hormat Anda kepada orang tua Anda, karena dalam rasa hormat pastilah ada rasa taat.
PESAN : Orang tua adalah wakil TUHAN yang diberi tanggung jawab penuh oleh TUHAN untuk mendidik kita agar kita berjalan dalam kebenaran TUHAN. Karenanya, hormati dan hargailah orang tua Anda. Kuncinya, belajarlah mengekang diri sendiri.
DOA : Ya TUHAN, aku bersyukur kepadaMu karena Engkau menganugerahkan kepadaku orang tuaku yang telah berlaku sesuai dengan kehendakMu kepadaku. Ampunilah aku jika selama ini aku telah berdosa kepadaMu dengan tidak taat kepada orang tuaku. Kiranya Kau limpahkan berkat dan kasih kepada orang tuaku, sehingga mereka dapat mengajarkanku untuk dapat tetap berada dalam jalan menuju kebenaran sejati yang ada padaMu. Dalam nama Yesus, Amin.

Iman Pembawa Sukacita

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Ibrani 11:1
Bacaan Alkitab Setahun : Markus 5:25–34
Jujur, saya sangat senang sekali kembali berjumpa dengan Anda, para pembaca Ministries. Setelah absen menulis renungan cukup lama, akhirnya saya bisa kembali menulis renungan kembali di Ministries – Sure Life Successfully ini. Dan kali ini saya menulis renungan tentang iman.
Topik renungan kita pada hari ini adalah tentang iman. Memang pada renungan saya hari ini, saya sengaja mengambil dari penjelasan yang saya dapatkan dalam pelajaran Agama oleh guru saya sewaktu SMP, dengan topik yang sama pula.
Anda tentu sudah tahu iman itu apa, tetapi Anda perlu membedakan antara iman dengan beriman. Ya, iman adalah kepercayaan/keyakinan kita kepada ALLAH, sedangkan beriman adalah penyerahan diri secara total kepada ALLAH, dan inilah suatu paham Katolik. Sebenarnya iman dapat didefinisikan sebagai tanggapan manusia yang menerima pernyataan diri ALLAH dalam diri Yesus, PuteraNya.
Pada hari ini, kita akan mendalami cerita tentang iman seorang wanita yang sakit pendarahan (Markus 5:25–34). Wanita ini sudah mengalami pendarahan selama 12 tahun (wow... lama sekali). Ketika Yesus datang, wanita ini berusaha untuk datang kepada Yesus. Dia punya keyakinan begini, “Asal kujamah saja jubahNya, maka aku akan sembuh.”. Maka, dia melewati kerumunan banyak orang, dan menyentuh jubahNya, seketika itu juga, dia sembuh.
Yesus merasa ada suatu kekuatan yang keluar dari tubuhNya. Dia menengok ke arah orang banyak dan berkata, “Siapa yang menjamah jubahKu?” Wanita itu tiba-tiba muncul di depan Yesus, jatuh tersungkur dan dengan tulus memberitahukan segala sesuatu kepadaNya. Dan Yesus berkata, “Hai anakKu, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!”
Tidak mengherankan, bahwa iman dari seorang wanita yang sakit pendara-han itu menyelamatkannya. Kita pun juga harus mempunyai iman yang kuat. Ketika kita sakit, ingatlah bahwa TUHAN walaupun mengijinkan kita sakit, tetapi Dia akan memberikan yang terbaik bagi kita. Bahkan, ketika kita mengalami su-atu masalah, baik di sekolah, di rumah, atau bersama pacar, TUHAN tidak pernah membiarkan kita terus-menerus dirundung masalah. Dia memang mengijinkan kita mengalami masalah, tetapi Dia tidak tinggal diam untuk memberikan jalan yang terbaik bagi kita.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat mewujudkan iman dengan cara sebagai berikut :

  1. Lakukan kehidupan keagamaan tidak hanya sekedar rutinitas, tetapi sebagai nafas kehidupan.
  2. Mampu menolong dan menggembirakan setiap sesama yang kita jumpai setiap hari.
  3. Jangan bermusuhan.
  4. Kalau pola hidup sudah jauh dari kehidupan beragama yang semestinya, evaluasi diri dan tegur diri Anda sendiri, serta mau dievaluasi dan ditegur orang lain.
  5. Berkehendak baik kepada semua orang dengan dasar cinta kasih, yaitu cinta tanpa pamrih.
  6. Mau terlibat langsung kepada semua manusia yang membutuhkan bantuan dari kita, dan lain sebagainya.

Saya harap, renungan kita pada hari ini akan membuat Anda paham tentang arti iman dan bagaimana Anda dapat mewujudkannya. 
PESAN : Kita sebagai orang beriman harus mewujudnyatakan iman kita dalam kehidupan sehari-hari.  Tetapi iman tidak bisa terwujud kalau Anda tidak melaksanakan kehidupan agama anda dengan motivasi yang benar. Maka, akan berbahaya bila Anda hidup tanpa iman.
DOA : Ya TUHAN, tolonglah aku agar aku dapat mewujudkan imanku dalam kehidupanku sehari-hari. Kiranya ampunilah aku bila pola hidupku sudah jauh dari pola kehidupan beragama yang seharusnya. Dalam nama Yesus, Amin.

Jumat, 15 Maret 2013

No Fear


Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya? Markus 4:40
Bacaan Alkitab Setahun : Markus 4:35–41
Untuk menggambarkan pentingnya keberanian dalam diri sendiri, saya akan mencoba menceritakan pengalaman saya ketika pertama kali naik pesawat. Ketika pertama kali naik pesawat, sekitar sejam pesawat sudah lepas landas, awalnya keadaanya biasa-biasa saja. Kemudian, terjadilah masalah. Pesawat yang saya naiki bersama keluarga saya entah kenapa tidak terkendali. Semua penumpang yang berada di sana ketakutan, dan berusaha menyelamatkan diri. Ada yang berpegangan erat satu sama lain, ada yang mengencangkan sabuk pengaman, dan masih banyak lagi hal-hal lain yang mereka lakukan. Saya yang kebetulan duduk dekat dengan ayah, memejamkan mata dan berdoa agar keluarga kami selamat. Setelah berdoa, pandangan saya tertuju kepada seorang anak kecil yang duduk di kursi paling kanan. Ketika kejadian ini terjadi, dia sedang asyik membaca buku komik dan anehnya dia tidak menunjukkan raut muka ketakutan dan histeris seperti penumpang-penumpang kebanyakan.
Ketika pesawat sudah bisa kembali terkontrol dengan baik, saya pun mencoba menghampiri anak kecil itu, dan saya bertanya, “Adik kecil yang manis, kenapa tadi ketika pesawat tidak terbang mulus, kamu tidak kelihatan takut?” Anak kecil itu pun menjawab, “Pilot yang mengemudikan pesawat ini adalah ayah saya, dan saya tidak perlu khawatir karena tidak mungkin ayahku akan mencelakakan aku.” Begitu mendengar perkataan tersebut, saya langsung terperanjat. Sangat tidak disangka, betapa besarnya kepercayaan anak ini kepada ayahnya. Jujur saja, pengalaman ini membuat saya merenung, kalau anak kecil ini saja bisa percaya kepada ayahnya akan segala sesuatu yang baik, coba saja saya bisa melakukannya.
Jika dihubungkan dengan kondisi sekarang, kita dapat melihat orang-orang Kristen yang menghadapi badai kehidupan, mengalami kekacauan hati dan kemudian lari dari TUHAN. Kalau mungkin dikaitkan dengan kondisi pengalaman saya saat itu, orang-orang yang kepanikan saat pesawat tidak terbang mulus saat itu bisa diibaratkan seperti orang-orang Kristen yang kacau hati dan lari kepada hal-hal yang mengecewakan TUHAN.
Hari ini kita akan membaca ayat bacaan mengenai ketakutan murid-murid Yesus ketika menyeberangi Laut Teberau (Markus 4:35–41). Ketika itu, badai taufan datang, dan kapal mereka sudah mendekati tenggelam. Murid-murid Yesus panik dan membangunkan Yesus. Yesus pun bereaksi dengan menenangkan badai itu, sehingga murid-muridNya seakan tidak percaya kalau sang Guru mampu membuat badai itu tenang.
Nah, dari semuanya itu, dapat kita simpulkan bahwa sebagai orang Kristen yang percaya kepada TUHAN, sudah seharusnya kita berani menghadapi badai kehidupan, karena Bapa kita yang di surga pasti akan melindungi kita. Dia pun akan turun tangan dalam menenangkan badai masalah kita. Karenanya, mulai saat ini juga, belajarlah untuk selalu percaya kepada TUHAN dalam menghadapi masalah-masalah kita saat ini!
PESAN : Dalam menghadapi masalah hidup, janganlah Anda takut, karena Anda punya Bapa di surga yang akan melindungi Anda, dan menenangkan badai masalah yang menghadapi Anda.
DOA : Ya TUHAN, aku tahu, masalah hidup kian menghampiriku, dan aku tidak mampu menghadapi itu semua kalau aku tidak bersandar kepadaMu. Oleh karena itu, teguhkanlah hatiku dalam menghadapi masalah ini dan aku berharap Engkau mampu menenangkan badai masalah itu. Dalam nama Yesus, Amin.

Conqueror

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. Yeremia 29:11
Bacaan Alkitab Setahun : Yeremia 29:1–11, Amsal 19:20
Untuk menggambarkan bagaimana arti seorang pemenang (conqueror) saya akan menceritakan kisah pengalaman teman SMP saya, Irena Sugiarto. Ya, pada tanggal 15-20 Juli 2011 (dua tahun lalu), Irena mengikuti event akbar Olimpiade Sains Nasional yang diselenggarakan di Manado. Seperti dilansir majalah Panderman Jua, Irena harus melalui jalan yang terjal untuk dapat mengikuti OSN di Manado ini. Salah satunya, dia bersama Benedictus Christian Djanuar mengikuti seleksi OSK, dan melesat ke ajang OSP di Surabaya. Dia mengikuti TC selama 4 hari di Asrama Haji Sukolilo di Surabaya. Setelah mengikuti seleksi, Irena melihat pengumuman di website dan dia meraih satu tiket menuju OSN di Manado.
Sayangnya, dia belum berkesempatan meraih medali OSN 2011. Dalam ceritanya, dia mengatakan bahwa pengalaman yang didapatkannya selama mengikuti OSN sangat berharga, dan dia juga harus tetap bersyukur karena bisa mengikuti OSN hingga level nasional. Tentu saya sebagai penulis berharap, Irena dapat melanjutkan tren positifnya, sehingga dia dapat meraih prestasi yang lebih baik lagi dari sebelumnya (Amin...!).
Secara harfiah, arti menang sebenarnya adalah berhasil, dalam hal ini identik dengan pertandingan/perlombaan, karena seseorang lebih baik dari orang lain, bahkan bisa dibilang yang terbaik dari semuanya itu. Ternyata, dalam trinitas Kristiani, keberhasilan lebih diukur pada kedisiplinan. “Kok bisa ya?” mungkin itu yang ada di dalam pikiran Anda. Oke, saya akan jelaskan.
Menurut Anda, disiplin itu bagaimana? Mengenakkan atau tidak? Kita sejak kecil sampai sekarang terus dilatih untuk disiplin, baik di lingkungan keluarga, sekolah (untuk yang masih sekolah), lingkungan kerja (untuk yang sudah bekerja), dan lingkungan masyarakat (ini yang paling penting!). Disiplin melatih kita untuk menjadi orang yang bertanggung jawab.
Hari ini, kita akan membaca sekelumit dari kisah Nabi Yeremia, ketika bangsa Israel dalam masa perbudakannya di Babel selama 70 tahun.
Waktu itu, pada zaman Yeremia, TUHAN mendisiplinkan bangsa Israel dengan memperbudak mereka pada bangsa Babel, karena mereka mulai menduakan hatinya kepada berhala. Anehnya, TUHAN justru ingin bangsa Israel bekerja demi kesejahteraan bangsa yang menjajahnya! Kalau tidak percaya, bacalah Yeremia 29:7. “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.
Sekarang kita menjadi paham, TUHAN menjanjikan kesejahteraan dari bangsa Babel yang menjajahnya adalah kesejahteraan bangsa Israel juga. Kalau kita dilatih untuk disiplin, jangan kira itu adalah usaha untuk memberatkan kita. Disiplin itu bukannya mau memberatkan kita, tetapi justru membuat kita semakin bertanggung jawab. Untuk menjalani setiap proses kehidupan, hal pertama yang harus Anda miliki adalah kedisiplinan.
Dengarkanlah nasihat dari orang lain. Ada nasihat yang enak didengar, ada juga yang tidak enak didengar. Sebagai seorang Kristen yang baik, Anda harus tahu, bahwa nasihat yang baik tentu tidak akan menjerumuskan kita ke dalam hal yang jahat. Nasihat tidak hanya berguna demi masa sekarang, tetapi juga masa depan. Supaya Anda yakin, bacalah kutipan ayat Amsal 19:20 yang berbunyi, ”Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan.
TUHAN berbicara kepada Yeremia, karena bangsa Israel lebih mempercayai nabi-nabi palsu dan dukun-dukun. TUHAN berfirman, “Janganlah kamu diperdayakan oleh nabi-nabimu yang ada di tengah-tengahmu dan oleh juru-juru tenungmu, dan janganlah kamu dengarkan mimpi-mimpi yang mereka mimpikan! Sebab mereka bernubuat palsu kepadamu demi namaKu. Aku tidak mengutus mereka, demikianlah firman TUHAN.” (Yeremia 29:8–9).
Dari ayat tadi, saya menasihatkan kepada Anda, supaya jangan sekali-kali Anda mempercayai orang-orang yang “katanya” dapat melihat masa depan seseorang, contohnya horoskop, atau ramalan Feng Shui, atau ramalan lainnya. Ingatlah bahwa TUHAN membenci hal ini! TUHAN punya segalanya, jadi serahkanlah semua kehidupan Anda kepadaNya, karena TUHAN adalah jaminan masa depan kita.
Selain disiplin dan mendengarkan nasihat dari orang lain, jangan lupa juga untuk mengikuti bimbingan ALLAH. Dalam kehidupan Anda, selalu saja ada godaan yang iniitu, misalnya untuk mendapatkan apa yang kita inginkan (contohnya pacar atau uang). Melalui doa-doa kita dan Firman TUHAN yang diberikan kepada kita, maka kita telah meminta bimbingan ALLAH.
PESAN : Secara harafiah, untuk menjadi seorang pemenang, kita harus menjadi yang terbaik, sedangkan secara Kristiani, kita harus menjadi seorang yang disiplin. Biasakanlah diri Anda disiplin, dengarkanlah nasihat dari orang lain, dan mintalah bimbingan kepada TUHAN, dijamin, pasti Anda akan menjadi seorang yang menang.
DOA : Tuhan, kami mengetahui bahwa untuk menjadi orang yang menang, kami harus membiasakan diri untuk disiplin. Maka dari itu, kami meminta bimbinganMu ya Tuhan, agar kami dapat menjadi orang yang disiplin dan berkenan di hadapanMu. Dalam nama Yesus, Amin.

Hati-hati dengan Perkataan


Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Matius 12:36
Bacaan Alkitab Setahun : Amsal 4:23
Beberapa waktu yang lalu, pernah diadakan suatu survei pada 1.000 orang dewasa di Meksiko. Mereka ditanyai, berapa kali mereka mengumpat dalam sehari. Hasil survei mengatakan, dalam satu hari, sese-orang mengumpat sebanyak 20 kali, dan ternyata hanya 1% dari jumlah penduduk yang tidak pernah mengumpat sedikitpun! Contoh, jumlah penduduk Indonesia, sebagaimana dilansir The Science Magazine, pada bulan Mei 2010 mencapai 237.556.363 orang, bila dihitung berapa kali semua penduduk Indonesia mengumpat, maka dalam sehari adalah 4.751.127.260 kali mereka mengumpat!
Dari studi kasus di atas, saya dapat mengerti (dan Anda juga) bahwa Anda harus berpikir dahulu sebelum berbicara. Kita sebagai anak-anak TUHAN, harus berkata benar. Bila tidak, akan menjadi suatu bahaya besar bagi kita. Nah, yang perlu Anda tahu adalah perkataan yang baik itu seperti apa? Perkataan yang baik adalah perkataan yang memuliakan TUHAN.
Dalam ayat Amsal 4:23, yang berbunyi, “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan”, kita dapat menyimpulkan bahwa perkataan yang keluar dari mulut kita adalah berasal dari hati kita. Kita harus menjaga hati agar kita dapat mencegah perkataan kotor keluar dari mulut kita. Dalam ayat Amsal 4:24 yang berbunyi, “Buanglah mulut serong dari padamu dan jauhkanlah bibir yang dolak-dalik dari padamu.” menjelaskan bahwa dari pada kita harus dibuang segala perkataan yang tidak berkenan di hadapan TUHAN.
Bila kita sudah mengumpat, apa akibatnya? Dalam Matius 12:36, Yesus mengatakan bahwa segala perkataan kita yang tidak berkenan di hati TUHAN akan dihadapkan pada penghakiman ALLAH. Kita sebagai anak-anak ALLAH, harus hidup dengan memuji nama TUHAN. Jadilah teladan bagi orang lain melalui perkataan kita. Ada lagi sesuatu yang paling membahayakan, yaitu ketika kita marah sambil mengumpat, akan menjadi suatu dosa yang besar, pertama karena marah, dan kedua karena kita mengumpat. Karena itu, saran saya adalah tahanlah emosi Anda, dan jangan sampai ada perkataan kotor keluar dari mulut Anda. Ingatlah, dari hati yang baik, akan keluar perbendaharaan kata yang baik, sebaliknya, dari hati yang buruk, akan keluar perbendaharaan kata yang buruk.
PESAN : Kita sebagai anak-anak TUHAN harus memuji dan memuliakan TUHAN, dengan cara tidak mengumpat, mengeluarkan kata-kata kotor dari mulut Anda, yang justru akan merusak kehidupan rohani Anda. Pencegahannya, jagalah hati Anda, supaya tetap berkenan kepada ALLAH.
DOA : Ya TUHAN, ampunilah aku bila keluar perkataan-perkataan kotor, yang tidak berkenan di hadapanMu. Kiranya tolonglah aku, supaya aku dapat menjaga hati, karena dari hati yang baik, akan keluar perbendaharaan kata yang baik. Dalam nama Yesus, Amin.