Kamis, 27 September 2012

TUHAN Tempat Perlindunganku

Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu. Yeremia 29:7.
Bacaan Alkitab Setahun : Kejadian 3:8, Ayub 1:21, Yesaya 62:10, Galatia 5:22–23
Kenyamanan, satu dari sekian banyak kebutuhan dasar manusia secara psikis. Setiap hari kita selalu melihat bagaimana orang-orang dewasa ini melakukan apa saja demi kenyamanannya sendiri, misalnya melakukan kegiatan yang dirasa membuatnya nyaman, kemudian terapi-terapi untuk memberikan kenyamanan bagi tubuh, dan masih banyak lagi hal-hal yang dilakukan, yang semuanya itu adalah tentang kenyamanan.
Saya ingin menceritakan tentang sebuah negara di mana segala sesuatunya itu terasa serba nyaman, baik bagi pemerintah, penduduk, maupun para turis yang berkunjung di sana. Namanya adalah Norwegia, salah satu negara benua Eropa yang terletak di wilayah Skandinavia. Negara ini dikatakan sebagai negara paling nyaman di dunia karena banyak alasan. Pertama, karena pendapatan yang diterima penduduk untuk setiap mata pencaharian mereka tidak begitu jauh berbeda. Contohnya, peng-hasilan seorang profesor dengan seorang pasukan kuning (maksudnya petugas kebersihan) ternyata di sana tidak jauh berbeda. Pemerintahan yang peduli dengan rakyat, terbukti mereka yang tidak punya pekerjaan diberi tunjangan hidup oleh pemerintah, plus dicarikan pekerjaan oleh mereka. Dan yang lebih bagus lagi, hubungan antara pemerintah dengan rakyat sangat baik. Tidak ada yang namanya tertutup, egois, dan lain sebagainya di antara mereka. Itulah mengapa tetangga Swedia dan Finlandia ini menjadi negara yang paling nyaman di antara semua negara di dunia.
Lain negara, lain pula kondisinya. Kita sebagai masyarakat Indonesia merasakan betapa tidak nyamannya negara kita ini. Korupsi merajalela, kemiskinan di mana-mana, keegoisan masyarakat yang menyebabkan kesenjangan sosial (yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin menjadi-jadi), dan masalah-masalah pemerintahan yang semakin lama semakin menggunung sampai setinggi Gunung Everest (barangkali ungkapan saya agak berlebihan), menjadikan diri kita serasa tidak nyaman. Tetapi, TUHAN memiliki suatu rencana indah untuk kita, ketika Dia menempatkan kita di negara kita Indonesia ini. Ayat pembuka tadi secara tersirat memberi makna bahwa TUHAN ingin kita mengusahakan “kesejahteraan” di tempat kita tinggal, karena kesejahteraannya adalah kesejahteraan kita juga. “Kesejahteraan” yang dimaksud adalah kasih dan doa seperti yang diteladankan oleh Yesus Kristus.
Seperti Anda, saya pun juga pernah merasakan ketidaknyamanan dalam hidup. Ada seseorang yang tidak mau disebutkan namanya, mengirimkan SMS kepada saya. Isi SMSnya begini, “Kak, aku mau tanya, apa saja penyebab ketidaknyamanan itu?” Saya mencoba merenungkan cukup lama, dan mencari-cari dalam Alkitab, saya sempat menemukan Kejadian 3:8, dan mencoba menggarisbawahi kalimat berikut, “Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah ... bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.” Akhirnya saya menemukan bahwa ternyata dosa adalah penyebab utama dari ketidanyamanan kita selama ini. Saya pun menjawab, “Sayang... banyak sekali penyebab ketidaknyamanan yang sering kita alami, tetapi dosa adalah penyebab utamanya.”
Kisah kejatuhan Adam dan Hawa dalam dosa menjadi contoh nyata dalam kisah Alkitab. Saat itu mereka dilarang oleh TUHAN memakan buah dari pohon yang bisa mengetahui apa yang baik dan apa yang buruk, namun mereka akhirnya memaka-nnya karena diperdaya oleh ular yang bergelantungan di pohon itu (Hawa ditipu da-hulu oleh ular, baru Adam yang ditipu oleh Hawa). Ketika mengetahui bahwa TUHAN sedang jalan-jalan dalam taman itu, mereka sembunyi di antara pohon dan taman.
Tetapi tidak heran juga, melihat banyak orang-orang Kristen yang masih juga merasakan kesedihan, meskipun mereka memiliki Sang Pelindung sejati, TUHAN sendiri, entah karena mereka mengalami masalah yang berat, luka batin, kekosongan jiwa, dan sebagainya. Kisah kehidupan Ayub menjadi sebuah kisah kehidupan yang sangat pilu bagi kita. Ayub, lelaki yang saleh dan takut akan TUHAN, dikaruniai tujuh anak laki-laki dan tiga anak perempuan, segala ternak dan kekayaan, pernah merasakan bagaimana sakitnya kehilangan semuanya itu. Namun, sosok Ayub benar-benar sangat hebat di mata saya, karena sekalipun harus kehilangan semua miliknya, Ayub masih ingin mempertahankan imannya kepada TUHAN, salah satu kata-katanya begini, “... TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!” (Ayub 1:21). Sungguh, saya benar-benar terharu melihat seseorang seperti Ayub ya-ng masih tetap takut akan TUHAN, sehingga akhirnya Ayub mendapatkan kembali semuanya itu, bahkan lebih dari sebelumnya.
Bila kita sudah memiliki TUHAN sebagai tempat perlindungan ternyaman kita, otomatis kita harus membuka jalan bagi orang-orang lain untuk percaya kepadaNya (Yesaya 62:10). Caranya? Tentu saja kita harus menjadi teladan bagi orang lain di mana saja dan kapan saja. Dengan begitu kita dapat memperoleh buah-buah Roh (Galatia 5:22–23) yang telah disiapkan oleh TUHAN untuk kita.
PESAN : TUHAN adalah tempat perlindungan kita, selama kita percaya kepadaNya. Tetaplah usahakan kasih dan doa di tempat kita tinggal, dan bukalah jalan bagi orang lain kepada TUHAN melalui teladan perbuatan kita.
DOA : Ya TUHAN, terima kasih karena Engkau sudah mau menjadi tempat perlindunganku yang ternyaman bagiku. Semoga semakin banyak saudara-saudariku di manapun mereka berada mau datang kepadaMu. Dalam nama Yesus, Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar